Friday, 11 August 2017

PENDIDIKAN, SEKOLAH, DAN MEDIA MASSA: KELUARGA DAN KAUM WANITA DALAM MASYARAKAT (BAGIAN 5)

 

Gramsci memberi judul Come deve essere fatto un giornale comunista pada salah satu artikelnya yang dimuat dalam harian Ordine Nuovo pada tanggal 31 Oktober 1921. Sebuah koran komunis, kata Gramsci, harus menemukan sebuah basis komunis yang luas yang mendukungnya secara aktif, bukan hanya dalam kata-kata, namun juga dengan tulisan dan aksi. Tanpa mereka sadari, kaum buruh rupanya masih terbawa untuk mengasimilasikan tendensi-tendensi borjuis kecil. Sebagai misal, mereka memandang koran dalam cara yang sama dengan kaum borjuis kecil memandang koran-koran mereka sendiri.

Ini merupakan problem ‘penggerogotam yang nyata terhadap kelas buruh’ yang obatnya harus ditemukan. Sebuah kerjasama yang aktif dan bernilai harus dijalankan, dan pembentukan sebuah ‘mata rantai permanen antara koran dan inti kaum proletariat yang merasakan dan mengalami problem-problem kelas secara keseluruhan’ sangat dibutuhkan. Mata rantai ini tak bisa dan tak boleh dibentuk antar individu, namun antara koran dan massa buruh, dengan segenap kekuatan organisasi yang mengorganisir gerakan kaum buruh berada di belakang sebagai pendukungnya.


Arti penting dari harian terhadap pendidikan, terhadap pembentukan kepribadian, dan terhadap ‘kebebasan’ individu untuk mengambil pilihan-pilihan yang menentukan tak boleh dilupakan. Media massa borjuis yang besar, yang disebut sebagai koran-koran independen, merupakan ‘tentara-tentara ideologis bayaran’ yang melayani kepentingan kapital, dan berperanan sebagai bagian dari perjuangan kelas, bagian yang penting.

Koran borjuis berperanan seperti halnya perusahaan komersial besar yang seluruh niatannya ialah “menyuling laba politik’. Kaum borjuis memiliki ribuan dan ribuan koran dan mesin cetak. Jadi, bisakah orang sunggguh-sungguh berbicara tentang kebebasan dalam sebuah Negara yang borjuis? Bisakah orang bisa sungguh-sungguh mengatakan bahwa sebuah parlemen yang dipilih dalam kondisi-kondisi demikian merepresentasikan ‘kebebasan’ kehendak dari bangsa?

‘Pers, bersama dengan partai-partai politik, merupakan bagian integral dari rezim parlementer demokratis yang terorganisir dengan baik. Jika pers gagal dalam tugasnya untuk menjadi sebuah organ kontrol opini publik yang tak memihak, siapa yang akan bisa melawan kesewenang-wenangan para pejabat?’ Namun, justru kelas menengahlah yang pertama kali sadar betul akan kekosongan dari ideal-ideal yang mendasari masyarakat mereka.

Merekalah yang pertama kali memahami betapa ideal-ideal tersebut tak memiliki substansi apapun yang nyata:‘Para jurnalis borjuis tahu semua ini, namun mereka membiarkan semua kebohongan itu terus berlangsung’.Mereka dengan sadar membiarkan setiap manipulasi atas kebenaran, fakta-fakta dan hati nurani.

No comments:
Write comments