Makhuk sosial, bukan sebuah gelar yang wah untuk manusia. Hewan, tumbuhan juga memiliki rasa/jiwa sosial. Bagaimana mesranya burung jalak dengan kerbau yang mungkin dijaman modern ini menjadi mitos karena tak pernah kita jumpai lagi burung jalak dialam terbuka. Burung jalak kini lebih asik untuk diberikan sangkar yang megah oleh kita yang katanya makhluk paling sosial.
Dalam ilmu sains hal tersebut disebut simbiosis mutualisme. Hubungan saling menguntungkan satu sama lain.
Pada dasarnya manusia sejak lahir menjadi makhluk yang tak dapat hidup sendiri. Mereka butuh bantuan orang lain. Dari sini lah muncul yang namanya keluarga, koloni, masyarakat, daerah dan negara. Semua menyadari bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri.
Ketidak mampuan tersebut membuat kita saling gotong royong bantu membantu satu dengan lainya. Tidak akan ada manager jika tidak ada karyawan, tidak akan ada mandor jika tidak ada kuli. Seperti itulah setelan otomatis dunia ini.
Kita dituntut untuk saling berinteraksi, itu sudah pasti. Bahkan seorang tarzan yang konon hidup seorang diri dihutanpun masih berinteraksi dengan binatang dan tumbuhan didalam hutan tersebut. Karena dari interaksi inilah kita akan mendapat peluang untuk berkembang. Berkembang untuk melanjutkan hidup yang lebih baik.
Hidup yang lebih baik menjadi impian setiap orang. Namun karena keinginan tersebut justru banyak orang yang menmpuhnya dengan mengesampingkan peran manusia sebagai makhluk sosial. Karena keinginan hidup lebih baik, sebagian manusia justru saling menjegal demi jabatan lebih tinggi dan sebagainya.
Jika sudah demikian pantas seharusnya kita berkaca pada simbiosis mutualisme antara burung pelatuk dengan semut pohon. Entah dengan cara bagaimana mereka mengikat janji peraturan, yang jelas burung pelatuk merah dan semut pohon yang biasanya menjadi mangsa dan predator justru mendeklarasikan perdamaian.
Pada perjanjian jangka pendek tersebut burung pelatuk merah akan meletakan telurnya disarang semut pohon. Semut pohon berjanji tidak akan memakan telur-telur burung pelatuk merah. Sebagai imbalanya maka burung pelatuk merah harus menjaga sarang semut pohon supaya semut pohon tidak dimangsa predator lain.
Pada perjanjian jangka pendek tersebut burung pelatuk merah akan meletakan telurnya disarang semut pohon. Semut pohon berjanji tidak akan memakan telur-telur burung pelatuk merah. Sebagai imbalanya maka burung pelatuk merah harus menjaga sarang semut pohon supaya semut pohon tidak dimangsa predator lain.
Dengan cara demikian maka burung pelatuk merah mampu menyelamatkan keturungan mereka dan semut pohonpun menyelamatkan koloni yang akan melanjutkan estafet kehidupan ras semut pohon.
Jika sudah demikian, seharusnya kita sebagai manusia sang penjaga bumi seharusnya mampu bercermin dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Bahwa setiap kebaikan akan kembali keada ;enabur kebaikan.
-Tutur Santika-
Jika sudah demikian, seharusnya kita sebagai manusia sang penjaga bumi seharusnya mampu bercermin dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Bahwa setiap kebaikan akan kembali keada ;enabur kebaikan.
-Tutur Santika-
No comments:
Write comments