Wednesday, 3 January 2018

PUISI CINTA TERBARU TUTUR SANTIKA GEMERISIK PASIR PANTAI

 

Puisi cinta terbaru dari Tutur Santika ini menceritakan tentang sebuah penantian seseorang. penantian tentang harapan yang indah sambil menikmati suasana pantai. Dimanapun tempatnya, yang namanya menanti/menunggu tentu menjemukan dan melelahkan ya?
Namun orang tersebut tetap dengan senyum setia menanti, hingga senja merekah dan seluruh penghuni pantai tersebut mengabarkan sebuah berita. Hemmm, berita apakah itu?

Sajak gemerisik pasir pantai

Aku merebah dalam kesendirian.
Sesekali ujung ombak menghampiri,
Tiap ujungnya menyentuhku, gemerisik pasir pantai berbisik dengan manja.
Mungkin sebatas memastikan bahwa urat nadiku masih berdenyut.

Menatap awan yang berarak sembari menerawang.
Sepoi angin pantai semakin membuat liar harapan.
Aku hanyut, hanyut dalam buai ketidak pastian.
Namun aku yakin, dia pasti kembali.

Dia parkit kecil yang selalu berceloteh manja.
Dia parkit kecil yang mengembungkan pipi ketika kecewa.
Dialah satu alasan aku masih tersenyum diam diujung pantai ini.

Matahari terbit, menjulang keatas, 
Hingga kemudian bergulir perlahan sembari mengurai semburatnya.
Aku semakin larut dalam buaian menghibur diri.
Sembari meyakinkan semua baik-baik saja.

Tertunduk lesu merenungi diri.
Apakah aku memang tegar atau sebenarnya telah buyar.
Dan kemudian ujung ombak menyentuhku kesekian kalinya.
Menyadarkan aku yang terbuai ketidak pastian.

Camar menukik tajam sembari membawa berita.
Sepoi angin diam bersamaan gemerisik pasir pantai yang tak lagi kudengar.
Ternyata semua percuma,
Dan gemerisik pasir pantai kali ini bukan bersenandung untuk menghiburku.
Melainkan mengiringi langkahku untuk terus berjalan maju.

                                                                                            -Tutur Santika-

Gemerisik pasir pantai, tentang seseorang yang terkungkung dalam harapan masa lalu. Penantian dan harapan menjadi satu hingga berubah menjadi ketidak pastian. Bagaimanapun juga yang namanya mimpi tetaplah mimpi, seindah apapun itu tak akan dapat dinikmati. Dan lebih baik mendapat sakitnya kenyataan, dari pada terombang ambing bahtera ketidak pastian.

No comments:
Write comments